Sabtu, 14 September 2013

Dugderan

Dugderan

Setiap menjelang bulan puasa atau bulan Ramadhan setiap daerah di Indonesia memiliki adat, budaya dan tradisi yang berbeda-beda untuk menyambut atau membuka bulan suci Ramadhan. Salah satu daerah yang memiliki tradisi unik itu adalah kota Semarang. Setiap tahun satu hari menjelang bulan Ramadhan di Semarang selalu di adakan Dugderan.

Apa itu Dugderan?
Dugderan merupakan upacara tradisional yang telah dilakukan sejak zaman dahulu setiap datang bulan Ramadhan dan menjadi tanda dimulainya bulan puasa bagi umat muslim di kota Semarang. Biasanya Dugderan dilakukan 1 hari sebelum menjelang bulan Ramadhan dan dilaksanakan di halaman balaikota yang dipimpin langsung oleh walikota Semarang.

Yang lebih menarik dan khas lagi dari Dugderan adalah dibukanya pasar rakyat, biasanya 7 hari sebelum Dugderan digelar. Di pasar rakyat ini para pedagang dari daerah menjajakan daganganya berupa makanan, minuman, mainan anak-anak, celengan dan gerabah yang tentunya bersifat tradisional. Selain itu Dugderan juga diiringi karnaval, sehingga saat Dugderan digelar tidak heran sekitar tempat jalan dilaluinya karnaval dan tempat utama penuh dengan warga yang tertarik menyaksikan Dugderan.

Ciri khas Dugderan yang sangat lekat adalah adanya Warak Ngendok. Apa itu Warak Ngendok?

Warak Ngendok yaitu sejenis binatang rekaan berkepala naga dan bertubuh kambing namun mempunyai sisik serta dilengkapi telur. Untuk desain warna dari Warak Ngendok tidak tetap, berubah tiap tahunya dan sering berwarna-warni.

Maskot Dugderan ini bukan sekedar maskot biasa, Warak Ngendok mempunyai arti yaitu tubuh warak yang seram menggambarkan nafsu manusia sedangkan “endog” yang merupakan bahasa Jawa dari telur mempunyai arti bahwa jika manusia mampu mengalahkan nafsunya dan berbuat baik maka akan menerima balasan dari Tuhan yang digambarkan sebagai telur itu sendiri.

Jalanya upacara Dugderan meliputi beberapa event, seperti berikut ini:
Sebelum upacara dibunyikannya bedug dan meriam ada beberapa persiapan (Akan tetapi seiring berkembangnya zaman meriam diganti dengan suara petasan atau bambu yang diisi karbid dan diberi lubang, sehingga menghasilkan bunyi yang menyerupai meriam) yaitu:
  1. Bendera
  2. Karangan Bunga
  3. Persiapan mesiu Inggris
  4. Dibunyikanya gamelan
  5. Setiap petugas siap ditempat masing-masing, terutama pembawa bendera, penabuh gamelan dan orang yang bertanggung jawab membunyikan bedug dan meriam. Semua menunggu instruksi dari pemimpin upacara yaitu walikota Semarang.
Setelah kita mengetahui seluk beluk Dugderan, sekarang kita akan menengok nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi yang syarat dengan adat dan budaya ini.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Dugderan meliputi:
  1. Nilai religi
Nilai religi sangat jelas dan terasa dalam Dugderan karena Dugderan sendiri merupakan penanda dibukanya bulan puasa bagi umat muslim di Semarang.
  1. Nilai Kebudayaan
Gamelan Jawa yang menjadi pengiring upacara Dugderan dapat menggambarkan kesenian asli Jawa.
  1. Nilai Sosial
Upacara Dugderan secara tidak langsung menjadi sarana silahturahmi, berkumpul dan interaksi antara pemerintah dan rakyatnya.
  1. Nilai Ekonomi
Seperti yang kita ketahui seminggu sebelum Dugderan dimulai pasar rakyat buka terlebih dahulu. Dari pasar rakyat ini pedagang dapat mencari rizki, sarana hiburan bagi rakyat dan juga sebagai promosi wisata kota Semarang di tingkat nasional atau mungkin suatu saat nanti dapat mencapai tingkat internasional.

Pesan dalam Dugderan
Meski dugderan sudah menjadi semacam pesta rakyat dan sudah menjadi tradisi yang cukup kuat dengan adanya perlombaan, karnaval, dan tarian, tetap saja dugderan tidak lepas dari puncak ritualnya berupa tabuh bedug dan halaqah yang menjadi akhir dari tradisi yang sudah bertahan seabad lebih itu.

Karena itu, puncak ritual ini bukan semata-mata sekedar sebagai tradisi (kesenian rakyat), tapi salah satu budaya Islam Semarang yang punya pesan. Pertama, salah satu pesan yang cukup kuat digelarnya tradisi (atau budaya) dugderan ini adalah pengumunan dimulainya bulan suci Ramadhan.

Pengumunan itu dilambangkan dengan ditabuhnya bedug yang menjadi satu “tetenger”. Juga, pemukulan bedug itu jadi konsensus yang meneguhkan atau memberikan justifikasi ketetapan jatuhnya tanggal 1 bulan Ramadhan pada esok hari, apalagi umat Islam tidak hanya di Semarang kerapkali memiliki perbedaan dalam menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.


Setelah kita mengetahui apa itu Dugderan, nilai yang terkandung dalam Dugderan, dan pesan dalam Dugderan kita sebagai generasi penerus bangsa terutama warga kota Semarang serta pemerintah kota Semarang untuk tetap melestarikan  aset wisata budaya. Sehingga generasi setalah kita masih dapat menikmati aset budaya yang penuh nilai ini.

Minggu, 08 September 2013

Hakekat Pendidikan dan Mendidik

Hakekat Pendidikan dan Mendidik

Setiap hari kita tentu selalu mendengar hal-hal yang mempunyai hubungan dengan pendidikan. Karena pendidikan pada zaman globalisasi ini sangat penting, tidak hanya untuk membentuk manusia yang cerdas tetapi juga untuk mencari pekerjaan sesuai bidang pendidikan yang telah di jalani seseorang.

Apakah Pendidikan itu?
Pendidikan menurut bahasa Yunani terdiri dari kata “paedagogie” yang akar katanya “pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya bimbingan, jika digabungkan “paedagogie” berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup , kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik, selaras dengan dunianya”.

Nah dari paparan diatas pendidikan dapat dijelaskan dengan sederhanya yaitu suatu bimbingan pembentukan karakter yang diberikan kepada seorang anak demi kehidupan yang lebih baik.

Jika kita bahas lebih dalam lagi pendidikan tidak dapat lepas dari kata “Mendidik”, mendidik sendiri mempunyai pengertian sebagi usaha yang diberikan oleh seseorang untuk membina anak menuju proses kedewasaan dengan mengajarkan ilmu pengetahuan dan nilai sehingga pada hasil akhirnya didapat seorang anak yang mempunyai kepribadian/berkarakter.

Dalam mendidik dibutuhkan seorang pendidik, pendidik merupakan orang yang menjadi fasilitator dalam pendidikan sering juga disebut guru. Guru akan menjadi pembimbing bagi peserta didik yang sedang mengembangkan potensi diri melalui belajar dan pembelajaran. Sehingga dalam pendidikan akan muncul kegiatan mengajar yang mempunyai aktivitas:
  1. Mengatur kegiatan siswa
  2. Pemanfaatan lingkungan sebagai media pendidikan
  3. Memberi motivasi kepada siswa


Dalam menjalankan sistem pendidikan memang diperlukan seorang yang ulet dan cerdas sehingga dapat mendidik peserta didik menjadi manusia berkarakter dan juga cerdas. Akan tetapi hal itu akan lebih sempurna apabila ada dorongan serta partisipasi orang tua dan keluarga peserta didik.